Bioteknologi dapat dikatakan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini. Pada sekitar awal abad ke-21 teknologi biologis yang dikenal dengan istilah bioteknologi telah berkembang mengimbangi teknologi informasi. Bioteknologi sepeti mesin ajaib yang mampu melakukan berbagai proses penting dalam dunia industri di berbagai bidang di antarnya bidang kesehatan, pangan, pertanian, termasuk lingkungan.
Bioteknolgi merupakan suatu bentuk kajian atau ilmu yang mempelajari pemanfaatan atau penggunaan agen biologis baik uniseluler maupun multi seluler dalamruang lingkup jaringan atau organ, seluler, dan molekuler yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi manusia. Seiring dengan meningkatnya populasi manusia, maka kompleksitas permasalahan yang alami manusia semakin bertambah. Jumlah penduduk yang meningkat terkadang tidak diikuti dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, maupun papan. Selain itu, kerusakan lingkungan dan kesehatan juga turut menjadi permasalahan yang dihadapi manusia sekarang ini. Oleh karenanya, bioteknologi berperan penting dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut melalui pendekatan biologis. Sebagai contoh di dalam bidang pertanian, alih fungsi lahan pertanian yang mengakibatkan lahan semakin sempit dan tidak produktif berdampak pada berkurangnya produksi bahan pangan telah dapat diselesaikan dengan “menciptakan” produk yang mampu produktif pada lahan yang sempit dan kritis. Bioteknologi telah mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian antara lain dengan menghadirkan tanaman varietas unggul melalui proses transgenik. Dalam bidang kesehatan, bioteknologi telah mampu menghasilkan produk-produk penting seperti antibiotika, vaksin, hormon, kit diagnostika, dan produk farmasi lainnya. Dalam bidang lingkungan, bioteknologi telah berhasil mengisolasi mikroba baru yang mampu mengendalikan pencemaran lingkungan seperti mikroba pengurai limbah dari tumpahan minyak di laut atau mengurai kandungan logam berat dari tanah untuk keperluan penyuburan lahan.
Pengembangan bioteknologi tidak terlepas dari gabungan berbagai macam bidang kajian seperti biologi, biokimia, biomolekuler, genetika, kimia, mikrobiologi, dan lain sebagainya.
Dalam kontekstual perikanan dan kelautan, penerapan bioteknologi masih belum berkembang pesat apabila dibandingkan dengan bidang pertanian. Padahal, jika merunut pada sebuah catatan sejarah dan fakta nyata bahwa Indonesia merupakan negeri maritim, negerinya pada nelayan dengan luas perairan mencapai ¾ bagian dari luas wilayah teritorial dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu 81.000 km. Selain itu, luas wilayah laut atau perairan yang dimiliki Indonesia seluas 5,8 juta km2 dihuni oleh lebih dari 2.000 jenis ikan; 850 jenis sponge, 910 jenis koral, dan 4.500 jenis ikan karang atau 20% jenis ikan dunia. Potensi keragaman hayati atau biodiversitas yang begitu besar menjadikan Indonesia dikenal sebagai mega-biodiversity country. Dengan demikian, pengembangan sektor perikanan dan kelautan memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan di masa depan serta penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan dan kelautan merupakan tantangan bagi Bangsa Indonesia untuk mengeksplorasi kekayaan perikanan dan kelautan.
Bioteknologi perikanan dan kelautan dapat dipandang sebagai salah satu bagian terintegrasi dalam rangka melakukan revolusi biru. Beberapa produk bioteknologi perikanan dan kelautan telah membawa perubahan cara pandang kebanyakan orang yang berorientasi pada daratan (land oriented) menjadi berorientasi perikanan dan kelautan (fisheries and marine oriented). Beberapa produk hasil bioteknologi dari bidang perikanan dan kelautan antara lain karagenen, agar, dan alginat telah cukup banyak digunakan secara luas dalam industri makanan atau minuman, non makanan dan minuman; produk-produk fermentasi yang dapat meningkatkan kemampuan cerna zat gizi dalam tubuh dan memperpanjang daya awet produk di pasaran; obat-obatan yang berasal dari ekstrak teripang, rumput laut, sponge; berbagai bahan bioaktif yang terdapat dalam biota laut seperti sepeti senyawa alkaloid dari ubur-ubur dan ekstraksi bunga karang yang dapat bersifat antagonis terhadap mikroorganisme yang merugikan; produk ekstraksi yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri farmasi dan kosmetik; produk-produk ekstraksi lainnya seperti albumin, fikosianin; hingga beberapa produk hasil samping yang sangat berguna seperti insulin dari pankreas ikan, protamin dari gonad ikan, skualen yang banyak terdapat pada minyak hati ikan, dan lain sebagainya. Di dalam bidang pengolahan lingkungan, mikroorganisme perairan dapat “dipekerjakan” untuk menangani limbah industri maupun rumah tangga. Lebih jauh lagi, aplikasi bioteknologi dalam bidang budidaya air tawar, payau, maupun laut pada ikan hias dan ikan konsumsi meliputi perbaikan kualitas air untuk media budidaya dengan menggunakan biotreatment dan bioremediation, penanggulangan stress, peningkatan daya kekebalan, perbaikan kualitas induk dan anakan organisme budidaya sehingga bebas hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama atau penyakit, manipulasi siklus reproduksi, dan lain sebagainya melalui teknologi rekayasa genetika. Dengan demikian, penerapan teknologi rekayasa genetika dalam bidang budidaya ikan hias maupun ikan konsumsi diharapkan dapat menjawab permasalahan perkembangan budidaya ikan hias maupun ketersediaan bahan baku protein hewani terutama yang berasal dari produk perikanan dan kelautan.
Luasnya cakupan pengembangan perikanan dan kelautan berbasis teknologi memang sepatutnya dan bahkan harus mendapat perhatian yang lebih dari semua stakeholder. Sudah saatnya, sektor perikanan dan kelautan Indonesia dengan segala potensinya menjadi leading sector dalam pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia. Seharusnya pula, pengambangan bioteknologi dapat menjadi ujung tombak dalam pembangunan perikanan dan kelautan yang berkelanjutan di Indonesia (suistinable development).
menurut bapak, mengapa bioteknologi perikanan kita belum bisa berkembang dengan baik? trims
BalasHapus