Rabu, 06 Oktober 2010

Revolusi Bioindustri Perikanan

Kebijakan pembangunan nasional dalam tataran pelaksanaan otonomi daerah secara efektif dan efisien perlu didukung oleh pemantapan perencanaan pembangunan daerah secara integrated; menyeluruh dan terpadu. Oleh karenanya, penentuan arah kebijakan pembangunan yang digariskan dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah ataupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah harus dirumuskan dengan selalu mempertimbangkan kondisi, potensi, permasalahan, dan kebutuhan nyata daerah tanpa mengabaikan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di daerah tersebut. Selain itu, kebijakan daerah juga harus merujuk pada kebijakan nasional baik yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional.

Ranah Kebijakan Perikanan dan Kelautan

Kebijakan untuk melakukan pengembangan sektor perikanan, baik air tawar maupun laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan suatu keniscayaan di samping pengembangan sektor pertanian. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain: pertama bahwa sektor tambang tidak bisa diharapkan menjadi sumber pendapatan asli daerah dalam waktu yang lama karena barang tambang bukanlah sumberdaya alam yang bisa diperbaharui. Meskipun timah sekarang masih dapat diandalkan, akan tetapi Bangka Belitung tidak bisa selamanya bergantung pada keberadaan timah tersebut. Kedua, lahan-lahan pasca tambang yang membentuk kolong-kolong air tawar memerlukan sentuhan agar bisa diberdayakan menjadi lahan produktif. Salah satu kegiatan yang dapat berperan di sana adalah pengembangan sektor perikanan budidaya air tawar. Ketiga, selain ketersediaan lahan pasca tambang yang dapat dikembangkan perikanan air tawar, Bangka Belitung juga merupakan daerah kelautan yang berpotensi untuk pengembangan budidaya air laut serta eksplorasi potensi lainnya. Keempat, potensi hayati perikanan dan kelautan masih minim belum tersentuh oleh teknologi yang dapat meningkatkan nilai jual (added value) dari komoditas tersebut. Oleh karena itu, pengembangan perikanan laut maupun bioindustri dapat menjadi salah satu fokus kebijakan perikanan dan kelautan Bangka Belitung. Terkait dengan revitalisasi kebijakan perikanan dan kelautan berbasis bioindustri, hal ini penting sebagai suatu bentuk revolusi kebijakan yang selama ini hanya terpusat pada aspek produksi, tanpa memperhatikan pentingnya sentuhan teknologi dan industri pada komoditas tersebut. Padahal, aspek teknologi dan industri merupakan suatu ujung tombak dalam peningkatan nilai ekonomi dan nilai gizi produk. Beberapa hal di atas dapat menjadi pertimbangan pengembangan sektor perikanan dan kelautan sebagai kebijakan sekarang dan di masa yang akan datang.

Bioindustri Berbasis Bioteknologi

Bioteknologi dapat dikatakan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini. Pada sekitar awal abad ke-21, teknologi biologis yang dikenal dengan istilah bioteknologi telah berkembang mengimbangi teknologi informasi. Bioteknologi seperti mesin ajaib yang mampu melakukan berbagai proses penting dalam dunia industri di berbagai bidang di antarnya bidang kesehatan, pangan, perikanan dan kelautan, pertanian, termasuk lingkungan.

Bioteknolgi merupakan suatu bentuk kajian atau ilmu yang mempelajari pemanfaatan atau penggunaan agen biologis baik uniseluler maupun multi seluler dalam ruang lingkup jaringan atau organ, seluler, dan molekuler yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalah yang dihadapi manusia. Seiring meningkatnya populasi manusia, maka kompleksitas permasalahan yang alami manusia semakin bertambah. Jumlah penduduk yang meningkat terkadang tidak diikuti dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, maupun papan. Selain itu, kerusakan lingkungan dan kesehatan juga turut menjadi permasalahan yang dihadapi manusia sekarang ini. Oleh karenanya, bioteknologi berperan penting dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut melalui pendekatan biologis.

Dalam kontekstual perikanan dan kelautan, penerapan bioteknologi masih belum berkembang pesat apabila dibandingkan dengan bidang pertanian. Padahal, jika merunut pada sebuah catatan sejarah dan fakta nyata bahwa Indonesia merupakan negeri maritim, negerinya pada nelayan dengan luas perairan mencapai ¾ bagian dari luas wilayah teritorial dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu 81.000 km. Selain itu, luas wilayah laut atau perairan yang dimiliki Indonesia seluas 5,8 juta km2 dihuni oleh lebih dari 2.000 jenis ikan; 850 jenis sponge, 910 jenis koral, dan 4.500 jenis ikan karang atau 20% jenis ikan dunia. Potensi keragaman hayati atau biodiversitas yang begitu besar menjadikan Indonesia dikenal sebagai mega-biodiversity country. Pengembangan sektor perikanan dan kelautan masih memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan di masa depan serta penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan dan kelautan merupakan tantangan bagi Indonesia dalam mengeksplorasi kekayaan perikanan dan kelautan.

Bioteknologi perikanan dan kelautan dapat dipandang sebagai salah satu bagian terintegrasi dalam rangka melakukan revolusi biru. Beberapa produk bioteknologi perikanan dan kelautan telah membawa perubahan cara pandang kebanyakan orang yang berorientasi pada daratan (land oriented) menjadi berorientasi perikanan dan kelautan (fisheries and marine oriented). Beberapa produk hasil bioteknologi dari bidang perikanan dan kelautan antara lain karagenen, agar, dan alginat telah cukup banyak digunakan secara luas dalam industri makanan atau minuman, non makanan dan minuman; produk-produk fermentasi yang dapat meningkatkan kemampuan cerna zat gizi dalam tubuh dan memperpanjang daya awet produk di pasaran; obat-obatan yang berasal dari ekstrak teripang, rumput laut, sponge, dan sebagainya; berbagai bahan bioaktif yang terdapat dalam biota laut seperti hormon, protein, dan sebagainya yang dapat digunakan dalam bidang industri farmasi dan kosmetik; produk-produk ekstraksi lainnya seperti albumin, fikosianin; hingga beberapa produk hasil samping yang sangat berguna seperti insulin dari pankreas ikan, protamin dari gonad ikan, skualen yang banyak terdapat pada minyak hati ikan, dan masih banyak lagi produk-produk bioteknologi berbasis hasil perikanan dan kelautan yang dapat didesain dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang timbul di masyarakat.


Ekonomi Bioindustri


Penerapan bioteknologi pada bidang perikanan dan kelautan jangan hanya dipandang dari segi keilmuan dan saintis saja, tetapi apabila dikelola dengan baik dapat memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar bagi Bangsa Indonesia. Besarnya potensi ekonomi yang bisa dihasilkan dari produk bioteknologi perikanan dan kelautan bisa dilihat dari keberhasilan Amerika Serikat. Negara Paman Sam ini mampu menghasilkan sekitar US$ 40 miliar dari sektor industri bioteknologinya. Padahal, kekayaan keanekaragaman hayati sumberdaya laut Amerika tidaklah sebesar apa yang dimiliki Bangsa Indonesia. Kemampuan Bangsa Amerika dalam mengelola dan menajukan bidang bioteknologi perikanan dan kelautan telah membuktikan bahwa industri ini memang mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian negaranya.

Bagaimana dengan pengembangan bioindustri berbasis bioteknologi pada sektor perikanan dan kelautan Indonesia pada umumnya dan Bangka Belitung khususnya? Jika ini menjadi pemikiran bersama, barangkali kita bisa maju tanpa mengandalkan timah. Semoga revitalisasi kebijakan perikanan dan kelautan berbasis bioindustri menjadi sebuah kenyataan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar